Eliud Kipchoge berfoto bersama kedua anaknya di kampung halaman, di Kenya (source: Instagram/Eliud Kipchoge)

Pecinta olahraga pastinya mengenal Eliud Kipchoge. Salah satu pelari maraton terbaik sepanjang masa. Pada perlombaan lari maraton di Wina, Austria, tahun 2019, Kipchoge finis dalam 1 jam, 59 menit, dan 40 detik. Itu adalah prestasi berani yang belum pernah dicapai siapa pun sebelumnya. 

Kipchoge berasal dari wilayah bernama Rift Valley. Salah satu lembah besar di Kenya. Saat ini, usianya menginjak 38 tahun. Jika ditelusuri, Kipchoge memang memiliki keunggulan dalam endurance. Sebelum menggeluti lari maraton, Kipchoge adalah pelari jarak jauh 5.000 meter. 

Namun, apakah kepemilikan endurance membuat Kipchoge begitu fenomenal saat ini?

Sehari setelah Kipchoge membuat sejarah, Brigid Kosgei memecahkan rekor dunia wanita di Chicago Marathon. Sama seperti Kipchoge, Kosgei juga berasal dari Rift Valley, Kenya. 

Pada tahun yang sama, seorang pelari Kenya muda juga berhasil mencuri perhatian. Ia adalah Joyciline Jepkosgei. Yang berhasil meraih juara dalam New York Marathon untuk kategori wanita. Sementara itu, pelari Kenya lainnya, Geoffrey Kamwor memenangkan perlombaan untuk kategori putra. 

Baca Juga: 5 Pelari Maraton Terbaik di Dunia

Nama-nama besar dalam lari maraton tersebut berasal dari wilayah Rift Valley. Dan menurut catatan CNN, pelari maraton dari seluruh dunia pergi ke Rift Valley untuk berlatih sebelum balapan besar dimulai. Wah, ada apa sih di Rift Valley? 

Orang Afrika Timur -terutama orang Kenya dan Etiopia- telah mendominasi maraton selama beberapa dekade. Saking tidak terkalahkannya, pelari-pelari ini biasanya mematahkan rekornya sendiri atau rekor teman senegaranya.

Dominasi orang-orang Afrika Timur terhadap lomba lari maraton telah mendorong organisasi penelitian untuk menelusuri mengapa mereka bisa mendominasi balapan jarak jauh. Menurut CNN, rupanya ada banyak faktor yang mempengaruhinya. 

Sebagian Besar Pelari Elit Berasal dari Wilayah yang Sama

Kebanyakan pelari elit Kenya berasal dari kelompok etnis yang sama, yang dikenal sebagai Kalenjins dan Nandis. Kelompok tersebut memiliki jumlah 10 persen dari populasi negara yang totalnya 50 juta jiwa. Meskipun sedikit, mereka membawa sebagian besar juara maraton untuk Kenya.

“Secara internasional, pelari Kalenjin telah memenangkan hampir 73 persen dari semua medali emas Kenya dan persentase yang sama untuk medali perak di kompetisi lari internasional besar,” kata Vincent O. Onywera, seorang profesor ilmu olahraga di Universitas Kenyatta di Nairobi.

Mereka telah mewariskan semangat untuk berlari lintas generasi, mengubah Rift Valley -terutama kota kecil Iten- menjadi kiblat bagi pelari jarak jauh dunia. Di sana, anak-anak telah mencintai olahraga lari sejak usia muda.

Baca Juga: Lari Maraton: Pengertian, Sejarah, Teknik dan Manfaat

Banyak anak muda dari daerah ini tumbuh dikelilingi oleh pelari yang sukses. Kebanyakan dari mereka memandang lari sebagai cara untuk menghasilkan uang. 

“Kamu melihat tetanggamu berlari dan menang, itu memotivasimu untuk berlari dan menang,” kata Bernard Ouma, pelatih ternama yang melatih pelari elit Kenya.

Berlatih dan Tinggal di Daerah Dataran Tinggi

Sebagian besar pelari Kenya yang mendominasi maraton di seluruh dunia berlatih dan tinggal di dataran tinggi Rift Valley.

Iten, salah satu kota penghasil pelari elit yang ada di Rift Valley, berada hampir 8.000 kaki di atas permukaan laut di Kenya barat.  Apa kaitannya? Nah, latihan di dataran tinggi rupanya berkontribusi pada kemampuan lari seorang.

“Ada kepercayaan luas dalam komunitas atletik bahwa pelatihan ketinggian dapat meningkatkan kinerja atletik, dengan setidaknya tiga studi independen menunjukkan bahwa pelatihan di daerah ketinggian meningkatkan konsumsi oksigen maksimum dan kinerja lari,” katanya.

Baca Juga: Kebangkitan Atlet Afrika di Kejuaraan Atletik Dunia

Pola Hidup Sehat dan Motivasi Konstan

Iten telah dikenal secara internasional sebagai wilayah yang memproduksi juara pelari jarak jauh. Begitu banyak pelari dari seluruh dunia pergi ke sana sebelum balapan besar.

Pecinta olahraga lari dan penulis Adharanand Finn membuktikan hal ini. Ia menghabiskan banyak waktu di kota itu untuk mencari tahu rahasia pelari maraton Kenya. 

“Saya memiliki daya tarik besar dengan gaya lari orang Kenya yang tanpa hambatan dan selalu ingin mengetahui cerita di balik atlet luar biasa mereka. Saya ingin tahu seperti apa kehidupan mereka. Dan ketika saya melihat tidak ada buku, atau pada saat itu tidak ada film, tentang subjek tersebut, saya memutuskan untuk pergi ke sana dan menulisnya.”

Karya Finn yang berjudul Running with the Kenyans, memberi lebih banyak wawasan tentang apa yang dia temukan, bahwa sebenarnya tidak ada rahasia besar dalam pelari Kenya. Kuncinya adalah lokasi, cara hidup dan lingkungan. 

Baca Juga: Mengulik Kejayaan Jamaika di Cabang Olahraga Atletik

“Misalnya, kamu tinggal di dataran tinggi, memperoleh pengasuhan pedesaan yang keras, dan fakta bahwa anak-anak berlarian ke mana-mana. Lalu ada pola makan sederhana, kamu bahkan jarang makan junk food, dan rumahmu punya medan lari yang sempurna, perbukitan, jalan tanah hampir memenuhi lingkungan sekitarmu, jelas kemampuanmu akan terbentuk," kata Finn.

Di Kenya, berlari menawarkan peluang besar untuk menghasilkan uang. Mengubah kehidupan. Bahkan mengubah keluarga. Apalagi, hampir setiap desa memiliki bintangnya sendiri. Selalu ada seseorang yang kembali dari 'luar negeri' dengan kemenangan, dan para pelari ini sangat mudah ditemui. Mereka terbuka untuk mendukung dan melatih atlet yang lebih muda. Siklus inilah yang bisa membuat Kenya disebut sebagai penghasil pelari maraton hebat di dunia.

Kira-kira, begitulah alasan kenapa Kenya mendominasi pelari maraton dunia. Apakah Indonesia bisa menjadi seperti Kenya? (*)

  RELATED ARTICLES