Hassiba Boulmerka (kiri) dalam Kejuaraan Atletik Dunia, Tokyo, 1991 (World Athletics)

Kalian mungkin sering mendengar nama Wayde van Niekerk atau Ferdinand Omanyala. Nama-nama yang telah mendominasi banyak rekor nomor-nomor bergengsi di dalam cabang olahraga atletik. Khususnya lari jarak pendek 100m dan 200m. Kedua orang tersebut merupakan atlet kelahiran Afrika. Masing-masing berasal dari Afrika Selatan dan Kenya. 

Namun, van Niekerk atau Omanyala merupakan sebagian kecil dari sosok besar delegasi Afrika di panggung kompetisi dunia. Masih ada Tobi Amusan, Luxulo Adams dan Antonio Alkana. Juga Ajayi Agbebaku dan Haile Gebrelassie. Beberapa dari mereka menjadi kebanggaan Benua Hitam untuk Kejuaraan Atletik Dunia, kompetisi paling bergengsi di cabang olahraga atletik. 

Kejayaan para atlet Afrika di panggung atletik dunia tidak terjadi dalam sekejap. Ada proses yang panjang dari nama-nama tersebut untuk duduk di posisi puncak. Namun, prestasi para atlet Afrika menarik untuk dibahas. Terutama tonggak sejarah awal di mana medali-medali emas itu didapat. 

Baca Juga: World Athletics Championships: Pengertian Sejarah, Nomor dan Atlet

Titik Balik di Helsinki

World Athletics Championships (Kejuaraan Atletik Dunia) mulai diadakan di Helsinki, Finlandia pada 1983. Saat itu, atlet-atlet di seluruh dunia memperebutkan total 123 medali di cabang olahraga atletik. Tetapi hanya tiga dari jumlah itu yang berhasil diperoleh para atlet asal Afrika.

Atlet asal Nigeria, Ajayi Agbebaku, menjadi peraih medali Kejuaraan Atletik Dunia asal Afrika pertama. Ia meraih perunggu dalam lompat jangkit putra. Dari Maroko, ada juga Said Aouita. Yang sukses membawa pulang medali perunggu lainnya di 1500m putra dan Kebede Balcha dari Ethiopia menyabet perak di maraton putra. 

Tiga perolehan itu menjadi inspirasi prestasi-prestasi mendatang. Aouita kemudian memenangkan gelar Olimpiade 5000m pada tahun berikutnya di Los Angeles dan menjadi juara dunia pada edisi kejuaraan di tahun 1987.

Baca Juga: Mengulik Kejayaan Jamaika di Cabang Olahraga Atletik

Dominasi Atlet Asal Afrika Utara

Ada kejutan lain dari Benua Hitam di Kejuaran Atletik Dunia Tokyo tahun 1991. Adalah Hassiba Boulmerka dari Aljazair, yang menjadi wanita pertama dari negara Afrika pemenang gelar dunia untuk nomor lari jarak menengah 1500m. 

Pada Olimpiade 1992, Boulmerka sukses meraih medali emas di nomor yang sama. Meskipun sempat kehilangan gelar juara dunia dari Liu Dong (Tiongkok) pada tahun berikutnya di Stuttgart, Boulmerka kembali merebut titelnya di Gothenburg pada tahun 1995. 

Baca Juga: Apakah Faktor Genetik Mempengaruhi Performa Atletik?

Dominasi Atlet Asal Afrika Timur

Jika atlet Afrika Utara mendominasi lari jarak menengah, atlet asal Afrika Timur menunjukkan kekuatannya dalam lari jarak jauh. Haile Gebrelassie dari Ethiopia adalah buktinya. Dalam nomor 10.000m, ia berhasil meraih empat titel berturut-turut (1993, 1995, 1997 dan 1999) di Kejuaraan Atletik Dunia. Menjadikannya atlet pertama dalam sejarah Kejuaraan Dunia yang mencapai prestasi besar ini.

Disebut sebagai salah satu pelari jarak jauh terhebat dalam sejarah, atlet Etiopia itu menambahkan dua medali emas Olimpiade dan empat gelar dunia lain dalam kompetisi Indoor. Dia juga memecahkan rekor dunia 5000m dan 10.000m beberapa kali, bersama dengan rekor Indoor untuk 2000m dan 3000m.

Gebrselassie mengumpulkan total tujuh medali Kejuaraan Atletik Dunia outdoor kategori individu. Itu merupakan jumlah medali tertinggi yang dimenangkan oleh seorang atlet Afrika di Kejuaraan Dunia. 

Evolusi Atlet Wanita Afrika

Tahun 2000-an juga menjadi saksi sebuah evolusi baru. Terutama bagi atlet wanita Afrika. Sejarah dibuat di Kejuaraan Atletik Dunia di Edmonton pada tahun 2001. Saat itu, Amy Mbacke Thiam dari Senegal mencetak emas di nomor 400m putri dalam catatan waktu 49,26, menjadi wanita Afrika pertama yang memenangkan gelar sprint.

Di kompetisi yang sama, Francoise Mbango Etone muncul sebagai wanita Afrika pertama yang merebut medali di nomor lapangan. Ia sukses merebut perak nomot lompat jangkit putri untuk Kamerun, sementara atlet Afrika Selatan Hestrie Cloete menjadi wanita Afrika pertama yang memenangkan medali emas di lompat tinggi, nomor yang biasanya didominasi atlet Eropa. 

Baca Juga: Alasan Kenapa Atlet Kenya Selalu Juara dalam Lomba Maraton

Kenya dan Afrika Selatan dalam Kejuaraan Atletik Dunia

Setelah 32 tahun ikut serta di Kejuaraan Dunia, edisi Beijing pada tahun 2015 juga menjadi titik balik bagi Afrika. Kenya menduduki puncak perolehan medali untuk pertama kalinya, menggulingkan AS sebagai juara umum pada biasanya.

Kenya meraih medali dua nomor dalam olahraga atletik. Lari gawang 400m putra dan lembing putra, masing-masing menjadi milik Nicholas Bett dan Julius Yego. Itu terjadi 18 tahun setelah Marius Corbett dari Afrika Selatan muncul sebagai orang Afrika pertama yang memenangkan nomor lapangan ketika dia memenangkan lempar lembing putra di Athena.

Hingga saat ini, pelari-pelari Afrika mendominasi berbagai perlombaan cabang olahraga atletik. Khususnya untuk nomor lintasan. Bahkan, beberapa penelitian ditujukan untuk membahas tentang kejayaan atlet afrika. Apakah Indonesia bisa menyusul kehebatan Afrika? (*)

 

  RELATED ARTICLES