Salah satu peserta invitasi nasional atletik 2023 Indonesia. Foto: SAC Indonesia

Lari gawang merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik yang membutuhkan gawang sebagai penghalang dalam aktivitas lari di jarak tertentu. Sehingga, para atlet perlu melompati gawang tersebut dari start hingga mencapai garis finish.

Jarak untuk perlombaan lari gawang begitu dibagi berdasarkan sektor wanita dan pria. Jarak 100 meter lari gawang diperuntukkan bagi wanita, sementara untuk pria adalah 110 meter. Ada juga kategori 400 meter untuk pria dan wanita. 

Bentuk perlombaan yang melibatkan lari gawang juga ada berbagai macam. Misalnya, Heptathlon, panca lomba pengganti Pentathlon untuk wanita. Perlombaan lari gawang juga diadaptasi menjadi Kanga’s Escape dalam Kids’ Athletics.

Baca Juga: Macam-Macam Lari Gawang dalam Olahraga Atletik

Sejarah Lari Gawang

Perlombaan lari dengan rintangan memiliki sejarah yang relatif singkat. Menurut jurnal The 400 M Hurdles yang dipublikasi oleh IAAF menyebutkan bahwa sejarah pertama dari balapan lari dengan penghalang dimulai dari Universitas Oxford pada sekitar 1860-an, dengan setiap peserta harus melewati 12 rintangan. Saat itu jarak tempuh lari gawangnya mencapai 109,7 meter. Kemudian, dibulatkan menjadi 110 meter oleh Prancis di tahun 1888. 

Sejak Olimpiade modern dimulai pada 1896, lari gawang masih menjadi perlombaan lari rintangan lokal biasa untuk dataran Eropa. Namun, ketika lari gawang mulai popular di Prancis pada 1900 dan olahraga ini kemudian muncul di Olimpiade Paris di tahun yang sama. 

Pada Olimpiade 1968 di Mexico City, final lari gawang 400 meter adalah salah satunya kompetisi berbasis rintangan paling spektakuler dalam sejarah. IAAF baru secara resmi mengakui kompetisi tersebut pada 1974 dalam World Athletics Championships. Kejuaraan dunia khusus untuk  lari gawang baru diadakan pada tahun 1980.

Baca Juga: Tinggi Gawang dan Alasan Perbedaan Lari 110 Meter dan 100 Meter dalam Atletik

Teknik Dasar Lari Gawang

Teknik dasar lari gawang meliputi teknik start, cara memposisikan kaki ketika melompati gawang, cara mendarat, kemudian cara berlari kembali untuk menjangkau gawang selanjutnya. Teknik dasar lari gawang dapat membantu pelari untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana atlet dapat meningkatkan kecepatan. 

Teknik Start

Start lari gawang dimulai dengan menggunakan start jongkok seperti pada perlombaan sprint pada umumnya. Tak hanya itu, start lari gawang juga memerlukan start block. Juga dengan aba-aba yang serupa seperti lari sprint. Yakni, “Bersedia”, “Siap” dan aba-aba suara tembakan. Sesaat setelah start dimulai, atlet harus berlari melewati gawang. 

Posisi Kaki

Lari gawang membutuhkan penempatan posisi kaki yang tepat saat melompat. Menurut Momentum Sports, penting untuk menjaga agar kaki tetap terangkat saat melewati rintangan dan menghindari masalah keseimbangan saat kaki mendarat di tanah. 

Saat melompati gawang, tumit kaki penuntun perlu diposisikan ke belakang hampir menyentuh pantat dan melakukan pengangkatan lutut yang lebih tinggi dari biasanya. Kaki depan harus diposisikan lurus dan atlet harus dengan cepat melewati rintangan dalam posisi jari kaki mengarah ke atas. 

Saat kaki memanjang, kaki harus mendarat kembali dengan cepat ke tanah. Kaki penuntun disarankan untuk tak mendarat di depan karena akan memperlambat atlet dalam transisi dari posisi melompati rintangan ke langkah lari menuju rintangan kedua.

Lengan

Sebelum melewati rintangan, lengan seorang atlet harus diposisikan seperti dalam perlombaan sprint normal. Lengan tangan diayunkan untuk mempertahankan tenaga dan kecepatan. Saat melewati rintangan, tujuan penggunaan lengan lebih difokuskan untuk menjaga keseimbangan dan ketenangan. 

Karena kaki kita melakukan gerakan lompatan yang berbeda dan menghabiskan tenaga yang lebih besar daripada yang biasanya dilakukan saat berlari, lengan kita harus menyesuaikan dan mengimbanginya. 

Baca Juga: Mengenal Peralatan yang Digunakan dalam Lari Gawang

Saat kaki penuntun melewati rintangan, penting untuk meletakkan lengan di sisi yang berlawanan di depan tubuh untuk menjaga keseimbangan seluruh tubuh. Lengan harus mempertahankan beberapa tekukannya dari sprint normal dan tak boleh sepenuhnya lurus. 

Beberapa suka menyebut posisi ini “looking at your watch” karena pergelangan tangan lengan harus berada di suatu tempat sejajar dengan kepala atlet, untuk menciptakan posisi yang mirip dengan ketika seseorang akan melihat arloji di pergelangan tangan. Namun, lengan harus ditarik kembali dengan cepat ke posisi berjalan normal. 

Gerakan tersebut tak hanya akan membantu gerakan kaki yang cepat, tetapi juga akan menjaga keseimbangan. 

 Baca Juga: 5 Atlet Lari Gawang Pria Terbaik di Dunia

Menempatkan Pinggul

Ada dua poin utama yang harus diperhatikan untuk penempatan pinggul seorang atlet dalam hal lari gawang. Yakni harus tinggi dan fleksibel. Agar tak terlalu menghabiskan banyak waktu untuk melayang di udara, atlet harus mempertahankan ketinggian pinggul yang konsisten di seluruh perlombaan lari gawang. 

Atlet lari gawang sangat mudah kehilangan waktu ketika melewati rintangan dengan melompat atau melangkah tinggi di atasnya. Atlet akan bergerak lebih cepat saat kaki bersentuhan dengan tanah. Ketika melompati gawang akan ada lebih banyak waktu yang dihabiskan. 

Oleh karena itu sangat penting untuk tak menurunkan pinggul saat melewati rintangan, atau membungkuk untuk mendapatkan momentum. Posisi tubuh harus condong ke depan dan tak condong ke bawah. Untuk memungkinkan pinggul memiliki posisi efisien saat melewati rintangan, pinggul harus mengikuti posisi kaki dengan tepat.

Peraturan Lari Gawang

1. Pelari wajib melewati semua gawang sudah disiapkan. Perlombaan 100 meter, 110 meter dan 400 meter memiliki jumlah gawang yang sama. Yakni 10 gawang.

2. Saat melakukan lari gawang, atlet harus berada pada masing-masing lintasan dan dilarang untuk masuk lintasan lain atau melalui gawang pelari yang lainnya.

3. Pelari akan didiskualifikasi jika menjatuhkan gawang menggunakan kaki maupun tangan dengan sengaja. (*)

  RELATED ARTICLES