Lalu Muhammad Zohri dalam Invitasi Atletik Nasional 2023

Jika atletik merupakan sebuah mahkota di Olimpiade, maka lari 100 meter (lari jarak pendek) dan gelar manusia tercepat di dunia adalah permatanya. Semua orang pasti membicarakannya. Ada atletik berarti ada lari 100 meter. 

Hingga saat ini, ada 28 final Olimpiade dari nomor lari 100 meter sejak kompetisi modern dimulai pada 1896. Mengiringi itu semua, Jamaika telah menyumbangkan nama-nama pelari terbaik mereka di peringkat teratas. Sementara Amerika Serikat memenangkan setengah dari final tersebut. 

Tetapi, apakah kalian sadar bahwa nomor 100 meter merupakan olahraga paling menonjol di atletik? Bahkan disebut sebagai nomor paling bergengsi di kejuaraan Olimpiade. Berikut alasannya: 

Konsep Sederhana dari Lari 100 Meter

Lari 100 meter disebut sebagai perlombaan paling kompetitif dalam atletik. Menurut Jass Gladner, seorang sprinter muda asal Amerika Serikat, lari 100 meter tak melibatkan banyak strategi yang diperlihatkan. Setelah keluar dari start block, para pelari langsung menuju ke garis finis. Pemenangnya adalah siapa yang tercepat. 

"Ini cepat dan balapannya lebih pendek, terus berlari cepat sangat menyenangkan," kata Jaslyn Gardner, dikutip dari The Spectrum.

Secara konsep, lari 100 meter itu sederhana. Lari lurus, harus menjadi yang tercepat dan tetap di dalam jalur.

Lari 100 meter juga dikenal sederhana. Semua orang dapat langsung memahami aturannya. Ada garis start dan garis finis, dan kedua garis tersebut terpisah dengan jarak 100 meter. Juga garis finis dari nomor 100 meter dapat dilihat dari garis start. Cukup mudah bila dibayangkan.

Namun perlu dicatat, meskipun lari 100 meter terdengar cukup simple bila dilakukan, tak semua orang bisa menjadi yang tercepat. 

Jadi, ketika nama Usain Bolt berhasil mencatatkan waktu 9,58 detik, dan memegang gelar sebagai manusia tercepat di dunia, semua orang terpukau. Bagaimana seorang manusia dapat berlari dengan jarak 100 meter dengan waktu tak sampai 10 detik? Itulah kenapa lari 100 meter disebut sangat bergengsi. Karena persaingannya begitu ketat. 

Selain itu, nomor lintasan, khususnya 100 meter sifatnya juga egaliter. Tak seperti berenang, yang membutuhkan kolam untuk bersaing, atau senam di mana kalian membutuhkan leotard (atau unitard) dan balok keseimbangan, untuk melakukan kompetisi lari 100 meter kalian hanya membutuhkan tanah sepanjang 100 meter.

 Baca Juga: Lari Jarak Pendek: Pengertian, Sejarah, Teknik Dasar dan Manfaat

Warisan Olimpiade di Yunani Kuno

Satu-satunya perlombaan Olympic Games di Yunani Kuno adalah lari cepat. Dahulu, lari cepat disebut sebagai footrace. Menurut buku berjudul Athletics From Ancient Times To The End of 19th Century, karya Roberto Gesta de Melo, bukti dokumen dan jejak koin menunjukkan, perlombaan lari cepat digelar di Olympia, Ellis, Yunani pada 776 SM. Pemenangnya adalah seorang koki bernama Coroebus of Elis.

Pada masa itu, lari cepat yang diselenggarakan dalam Olympic Games adalah kompetisi lari sepanjang 192,27 meter. Jarak tersebut sama seperti panjang stadionnya.

Berangkat dari kompetisi awal tersebut muncul berbagai perlombaan lari dengan berbagai variasi. Mulai dari jarak pendek hingga jauh. Baik yang menggunakan beban dan tanpa beban. 

Menantang Mental 

Meskipun konsep lari 100 meter begitu sederhana, tak semua orang mampu menaklukannya. 

Sprinter Jamaika Usain Bolt masih dikenal sebagai manusia tercepat yang masih hidup. Meskipun ia pensiun pada 2017, peraih medali emas Olimpiade delapan kali itu saat ini memegang rekor dunia resmi untuk lari 100 meter dan 200 meter putra, yang diraihnya di World Championship tahun 2009 di Berlin, Jerman. 

Bolt menuntaskan lari 100 meter dalam waktu 9,58 detik dan 200 meter dalam 19,19 detik. Ia juga merupakan anggota dari tim estafet pemegang rekor dunia 4x100 meter di Olimpiade London 2012.

Bolt juga satu-satunya pelari cepat yang memenangkan gelar 100 meter dan 200 meter di tiga Olimpiade berturut-turut, yakni 2008, 2012 dan 2016.

Tapi lari cepat bukan hanya soal olahraga fisik. Ini juga permainan mental. Setidaknya begitulah kata Usain Bolt. Lari cepat terdiri dari 50 persen soal fisik. Sedangkan 50 persen sisanya tentang mental.

Meski Bolt siap secara mental dan fisik sebagai sprinter kelas dunia, dia juga mengaitkan kesuksesannya dengan kecintaannya pada lari.

“Kalian bisa benar-benar sehat, tetapi jika kalian tak siap secara mental untuk tantangan di depan, terkadang kalian akan gagal,” kata Bolt pada CNBC Make It. 

“Saya menikmati prosesnya. Saya bersenang-senang saat melakukannya. Ya, itu berhasil tetapi bagi saya, itu benar-benar sulit juga bagi saya,” kata Bolt. (*)

  RELATED ARTICLES