Peserta tolak peluru putra dalam gelaran West Java Qualifiers

Tolak peluru tergolong dalam salah satu nomor cabang olahraga atletik yang paling diminati. Dalam olahraga tolak peluru, setiap atlet wajib melontarkan peluru sejauh mungkin ke area sasaran. Siapapun yang mendapatkan catatan tolakan terjauh, dia adalah pemenangnya. 

Tolak peluru juga menjadi salah satu nomor yang diperlombakan dalam Energen Champion Student Athletics Championships (SAC) Indonesia. Khususnya untuk jenjang SMP putra dan putri. Juga jenjang SMA putra dan putri. 

Baca Juga: Tolak Peluru: Pengertian, Sejarah, Teknik, Aturan dan Manfaat

Di cabang olahraga atletik, tolak peluru termasuk ke dalam kategori nomor lempar. Secara spesifik, bermain tolak peluru dilakukan dengan menolak bola dari pangkal bahu dan leher menggunakan kekuatan tangan. Bermain tolak peluru juga membutuhkan gaya yang pas untuk mendapatkan tolakan maksimal. Tiga gaya tolak peluru yang umum digunakan adalah Gaya Spin, Gaya O'Brien dan Gaya Ortodoks.

Berikut adalah tiga gaya tolak peluru yang sering digunakan oleh para atlet maupun pelajar ketika berlomba:

1. Gaya Spin

Gaya spin diperkenalkan oleh Aleksandr Baryshnikov. Atlet Rusia yang mentereng di nomor tolak peluru. Perlu kalian catat, penggunaan gaya spin dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi. Dan biasanya dipakai oleh atlet profesional dalam kejuaraan dunia. Pasalnya, ketika menggunakan gaya ini, seorang atlet diwajibkan untuk berputar 360 derajat sebelum menolak peluru. 

Tujuan perputaran ini adalah membangun power dan mencari momentum agar peluru yang atlet bawa dapat dilontarkan sejauh mungkin.

Baca Juga: Mengenal Peralatan yang Digunakan dalam Tolak Peluru

2. Gaya O’brien

Sesuai dengan namanya, gaya O’brien ditemukan oleh atlet asal Amerika Serikat bernama Parry O’brien. Sama seperti gaya spin, gaya satu ini juga sering digunakan oleh atlet profesional. Meskipun begitu, cara kerjanya sangat berbeda. 

Gaya O’brien dimulai dengan gerakan membelakangi area sasaran. Tujuannya adalah mencari ancang-ancang dan memposisikan badan dengan pas sebelum meluncurkan peluru sekuat tenaga. Kemudian para atlet akan berputar 180 derajat ke arah depan untuk mendorong pelurunya ke area saaran.

Baca juga: Mengenal Parry OBrien, Pencetus Gaya O'Brien dalam Tolak Peluru

3. Gaya Ortodoks

Gaya ortodoks sering digunakan oleh pemula. Tak seperti gaya O’brien dan spin, gaya ortodoks lebih membutuhkan sedikit gerakan. Atlet hanya perlu memposisikan tubuh menyamping dari area pendaratan. Setelah posisi peluru di bagian pangkal leher dirasa pas, para atlet bisa langsung melepaskan peluru ke area sasaran. 

Para atlet dan pelajar bebas memilih gaya apa yang bisa dipakainya dalam mengikuti kompetisi tolak peluru. Termasuk Energen Champion SAC Indonesia. Hanya saja, para atlet dan pelajar tetap wajib mematuhi peraturan nomor lapangan pada umumnya.

Baca Juga: Bola Tolak Peluru Terbuat dari Apa? Begini Penjelasannya!

Ikuti terus update Energen Champion SAC Indonesia di sacindonesia.com. Energen Champion SAC Indonesia menjaring pelajar bertalenta dari sembilan Regional Qualifiers. Yakni Bali Nusa Tenggara (Mataram), Papua (Mimika), Yogyakarta (Yogyakarta), Kalimantan (Banjarmasin), East Java (Surabaya), North Sumatera (Medan), DKI Jakarta Banten (Jakarta), West Java (Bandung) dan Central Java (Semarang). 

Energen Champion SAC Indonesia merupakan kompetisi atletik paling akbar di Indonesia. Acara ini diadakan oleh Energen Champion, bekerja sama dengan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) dan DBL Indonesia. Energen Champion adalah minuman cokelat berenergi yang mengandung susu dan telur dari Mayora.

(*)

  RELATED ARTICLES