M. Rizki Edi Saputra dari MAN 2 Gresik memimpin babak penyisihan perlombaan 4x100 meter putra

Tim MAN 2 Gresik sebentar lagi akan terbang ke Australia. Mereka adalah Wisnu Lukman Hakim, Dimas Tri Agung Pamungkas, M. Rizki Edi Saputra dan M. Naufal Alif Rizky. Kuartet kebanggaan Jawa Timur itu mendapatkan reward training camp ke Negeri Kanguru, setelah memenangkan Energen Champion SAC National Championship di perlombaan estafet. 

Sebelum berangkat ke Australia, mereka juga telah mendapatkan apresiasi luar biasa dari Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani karena telah menempati podium pertama di nomor 4x100 meter putra. Bahkan pecah rekor dengan perolehan 44,87 detik. Nantinya, Gus Yani -panggilan Fandi Akhmad Yani- melepas Wisnu dan timnya untuk belajar di Australia. 

“Anak-anak (tim estafet MAN 2 Gresik) senang sekali karena training camp ke Australia lalu sempat bertemu Gus Yani. Saya berharap ke depannya MAN 2 Gresik tetap berprestasi untuk menyumbang atlet-atlet berprestasi bagi Gresik dan Jawa Timur,” ungkap Agus Suryadi, pelatih tim MAN 2 Gresik. 

Baca Juga: Harumkan Jatim, MAN 2 Gresik Terbaik di Estafet Putra National Championship

Tak hanya itu, MAN 2 Gresik sempat mengadakan perayaan sederhana untuk self-reward kemenangan mereka di National Championship. Namun, bukan hanya disambut bupati dan self-reward saja yang mengiringi perjalanan mereka menuju training camp ke Australia. Ada banyak cerita menarik lainnya. 

“Ada satu anak yang takut banget naik pesawat. Pas National Championship kemarin aja sudah senang sekali naik kereta. Karena dia mengira pas National Campionship kemarin naik pesawat. Jadi dia sudah mencegah naik pesawat dini, tapi kan ke Australia harus naik pesawat, hahaha,” ungkap Agus Suryadi. 

Anak tersebut adalah M. Naufal Alif Rizky. Ketakuan Naufal -panggilannya- punya banyak faktor. Menurutnya, secara tiba-tiba banyak video pesawat jatuh yang mondar-mandir di FYP TikTok-nya, menjelang keberangkatan tim mereka ke Australia. 

“Padahal aku nggak pernah nyari-nyari tentang pesawat jatuh atau apalah. Terus banyak berita cuaca buruk juga,” katanya. 

Hal tersebut mengundang tentunya mengundang ledekan dalam tim estafet MAN 2 Gresik sendiri. Karena mengaku takut naik pesawat, Wisnu, Rizki dan Dimas menyarankan Naufal untuk naik kapal saja. 

Baca Juga: Tim MAN 2 Gresik Tercepat di Penyisihan Estafet 4x100 Meter Putra 

Terlepas dari kisah naik pesawat, banyak harapan dari mereka untuk banyak belajar di Australia. Yang nantinya ilmu tersebut dapat mereka terapkan sewaktu kembali pulang ke Indonesia. Salah satunya memahami cara berlatih atletik yang efektif. 

“Aussie itu kan negaranya sangat maju dan lumayan dekat dengan Indonesia. Terus vibes-nya berbeda gitu. Harapan saya pulang dari Aussie dapat banyak ilmu dan pengalaman berharga. Selain berlatih, ya, makanan apa saja yang dikonsumsi, gaya hidup orang sana dan masih banyak lagi,” kata Wisnu. 

Sama halnya seperti Wisnu, M. Rizki Edi Saputra juga ingin mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Pasalnya, Rizki juga baru pertama kali memenangkan perlombaan dengan reward training camp di luar negeri. 

“Soalnya bersyukur banget kak. saya anak sepak bola. Ke jakarta aja nggak pernah apalagi ke Aussie. Untuk saat ini saya masih fokus ke Atletik. Tapi sepak bola tetap menjadi hobi saya dari kecil,” Rizki. 

Meskipun begitu, ada satu hal yang membuat Rizki sangat sedih. Pasalnya, sang pelatih yang menemani mereka sejak East Java Qualifiers, tak bisa ikut ke Australia. Karena reward training camp hanya diperuntukan bagi pemenang lomba saja. 

“Saya berharap Mas Agus bisa ikut. Karena dia mengarahkan saya ke atletik. Dia juga hebat banget, disiplin orangnya,” kata Rizki. 

Energen Champion SAC Indonesia menjaring pelajar bertalenta dari sembilan Regional Qualifiers. Yakni Bali Nusa Tenggara (Mataram), Papua (Mimika), Yogyakarta (Yogyakarta), Kalimantan (Banjarmasin), East Java (Surabaya), North Sumatera (Medan), DKI Jakarta Banten (Jakarta), West Java (Bandung) dan Central Java (Semarang). 

Energen Champion SAC Indonesia merupakan kompetisi atletik paling akbar di Indonesia. Acara ini diadakan oleh Energen Champion, bekerja sama dengan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) dan DBL Indonesia. Energen Champion adalah minuman cokelat berenergi yang mengandung susu dan telur dari Mayora. (*)

  RELATED ARTICLES