Eamonn Coghlan (kiri) dan Dimitry Dmitriyev (kanan) saat bersaing dalam World Athletics Championships

Sejak dimulai pada 1983, World Athletics Championships telah menghasilkan serangkaian kejadian unik atau mengejutkan yang dikenang para pegiat olahraga atletik. Menjelang World Athletics Championships ke-40 di Budapest pada Agustus 2023 mendatng, berikut adalah beberapa kisah yang tidak terduga dari serangkaian season World Championships sebelumnya:

1983 –  Selebrasi Sebelum Menang

Final 5000 meter putra sukses menarik perhatian dunia. Dalam perlombaan kali ini, seorang pelari dari Irlandia, Eamonn Coghlan, telah melakukan selebrasi bahkan sebelum melintasi tikungan terakhir perlombaan. Padahal, 12 meter di depannya ada Dimitry Dmitriyev, yang memimpin perlombaan. Rupanya, dia mengetahui bahwa akan menang.

Saat itu, Eamonn melakukan selebrasi dengan membuat kepalan tangan membentuk gerakan tinju dengan wajah yang bergembira. 

Setelah kehilangan satu medali di final 1500 meter Olimpiade 1976 dan 5000 meter di Olimpiade 1980 karena taktik yang salah, kali ini Eamonn keluar sebagai pemenang. Dan dia tahu itu. Ia melewati rivalnya dengan cukup baik.

1983 – Seorang Pelari 100 Meter Diganggu Seekor Lebah

Carl Lewis, atlet atletik asal AS, telah berada di start block sebelum memulai final 100 meter putra. Tetapi tiba-tiba dia bangkit dan berjalan pergi. Di bawah aturan 2010 Carl mungkin telah didiskualifikasi, tetapi dia diperbolehkan melanjutkan perlombaan pada tahun 1983.

Atlet berusia 61 tahun tersebut kemudian memenangkan yang pertama dari tiga medali emasnya di Helsinki. Saat itu, ia bangkit dan berjalan pergi karena telah diganggu oleh seekor lebah.

Baca Juga: Berbagai Nama Kejuaraan Atletik di Dunia

1993 – Catatan Rekor yang Sangat Tipis

Pada World Athletics Championships tahun 1993 di Stuttgart, pelari asal AS Gail Devers berhasil mengalahkan Merlene Ottey dari Jamaika untuk gelar 100 meter putri hanya dengan selisih 0,001 detik. Kedua wanita tersebut mencatatkan waktu depan 10,82 detik.

Marlene Ottey mendapat tepuk tangan yang luar biasa pada upacara pemberian medali. Dia kemudian memenangkan gelar 200 meter, memperoleh catatan waktu 21,98 detik, mengalahkan Gwen Torrence dari Amerika Serikat memperoleh 22,00 detik. 

Tiga tahun kemudian di final 100 meter di  Olimpiade Atlanta, Gail Devers dan Marlene Ottey kembali memperoleh catatan waktu yang sama, 10,94. Dan lagi, keduanya hanya selisih 0,005 detik. Namun, Gail tetap memenangkan perlombaan kali ini. 

2001 – Dapat Penawaran Penggantian Gigi

Charles Kamathi dari Kenya memenangkan gelar dunia 10.000 meter putra di Edmonton pada tahun 2001. Saat itu, ia mencatat waktu 27:53,25 di depan Assefa Mezgebu dan Haile Gebrselassie dari Ethiopia.

Setelah menyaksikan kemenangan Kamathi, seorang dokter gigi setempat menawarkan untuk mengganti gigi depannya yang hilang sejak 1997.

2001 dan 2003 – Gelang yang Mencolok

Selama kemenangan beruntunnya pada 2001 hingga 2003, pelari gawang 400 meter, Felix Sanchez dari Republik Dominika dikenal karena mengenakan gelang suvenir Olimpiade saat berkompetisi.

Gelang kedip merah, suvenir dari Olimpiade 2000, menjadi motivasi baginya setelah gagal melaju ke final Olimpiade saat itu. Setelah memenangkan medali emas Olimpiade di Athena pada tahun 2004, Sanchez melepaskan dan memberikan gelang tersebut kepada World Athletics untuk dilelang.

2005 – Hujan Badai Hentikan Perlombaan 

Badai petir dahsyat di Helsinki menghentikan kompetisi pada hari keempat World Athletics Championships tahun 2005.

Hujan melanda nomor perlombaan lintasan dan lapangan di awal sesi malam di Olympic Stadium, dengan final lempar cakram putri ditunda. Penyelenggara juga harus menggelar ulang kualifikasi lompat ganda putra dan perempat final 200 meter.

Badai melanda setelah babak pertama lari gawang 100 meter putri dan membuat para atlet serta ofisial banyak negara bergegas keluar dari stadion. Lompat tinggi decathlon dihentikan dan hanya empat lemparan yang mungkin dilakukan di lempar cakram putri.

Hujan deras turun selama sekitar 90 menit, membanjiri nomor lintasan dan lapangan tengah. Tetapi final lari halang rintang 3000 meter putra, 800 meter putri, dan lari gawang 400 meter putra kemudian berjalan sesuai rencana.

2015 – Kemenangan Mr. YouTube

Pada World Athletics Championships tahun 2015 di Beijing, Julius Yego memenangkan kompetisi lembing putra dengan catatan jarak 92,72 meter, menjadi orang Kenya pertama yang memenangkan medali emas World Athletics Championships dalam acara lapangan. Dia kemudian meraih medali perak di Olimpiade Rio tahun berikutnya.

Julius Yego dijuluki "Mr. YouTube" karena dia telah belajar cara melempar dengan menonton video YouTube dari atlet lembing. (*)

  RELATED ARTICLES