Peserta SAC Indonesia - Jakarta Banten Qualifiers

Kesuksesan dalam berlari dan perlombaan ketahanan lainnya bergantung pada banyak faktor berbeda. Beberapa faktor ini terdiri dari: pelatihan, status gizi, cuaca pada hari perlombaan, usia, tak terkecuali genetika. 

Sejauh mana pengaruh gen terhadap kemampuan lari dan kesuksesan masih diperdebatkan selama bertahun-tahun. Tetapi banyak yang menduga bahwa seorang individu pasti memiliki kemampuan bawaan yang diwariskan dalam olahraga lari. Ini terbukti karena sebagian besar pelari jarak jauh berasal dari wilayah tertentu. Misalnya Afrika Timur dan secara khusus Amerika Tengah, dalam beberapa dekade terakhir. 

Hampir setiap road race besar di dunia didominasi oleh pelari Afrika Timur dan Amerika Tengah. Misalnya Jamaika, Kenya dan Ethiopia. Menurut penilitan, pelari dari Kenya dan Ethiopia memegang 98 tempat dalam 100 penampilan maraton teratas sepanjang masa.

Meskipun faktor lingkungan dan budaya pasti berperan dalam keberhasilan ini, kesimpulan yang lebih mungkin adalah bahwa interaksi faktor genetik yang optimal dengan lingkungan pelatihan yang optimal dapat mengarah pada kesuksesan seorang atlet. 

Banyak karakteristik fisiologis yang secara langsung memengaruhi kinerja lari dan dipengaruhi secara genetik. Sebagai contoh, penelitian berjudul Genomic scan for maximal oxygen uptake and its response to training in the HERITAGE Family Study menemukan bahwa kemampuan untuk dilatih dan nilai VO2max sebenarnya bisa diwariskan dari sebuah genetika.

Genetika juga telah terbukti memiliki peran besar atas sifat-sifat seperti jenis serat otot, fleksibilitas, seberapa mudah seseorang terluka, metabolisme, dan potensi daya tahan secara keseluruhan. Elemen-elemen yang baru saja disebutkan juga menjadi faktor penting untuk kesuksesan lari.

Salah satu contoh pengaruh genetik pada olahraga dapat dilihat dengan ambang laktat. Selama berolahraga, laktat diproduksi dan digunakan oleh otot di seluruh tubuh, termasuk otot rangka oksidatif (otot yang menggunakan oksigen). 

Baca Juga: Mengulik Kejayaan Jamaika di Cabang Olahraga Atletik

Kemampuan untuk memindahkan laktat ke jaringan tubuh merupakan faktor penting untuk kinerja dan meminimalkan kelelahan. Variasi dalam gen MCT1 dikaitkan dengan kesulitan dalam menggerakkan laktat ke seluruh tubuh dan timbulnya kelelahan otot yang lebih awal. Sehingga, memang faktor gen sangat mempengaruhi perpindahan ambang laktat.

Risiko cedera tendon dan ligamen, perhatian utama pelari, juga berada di bawah pengaruh genetik. Sepasang gen yang membantu membuat protein kolagen, COL1A1 dan COL5A, berperan penting dalam memperkuat tendon dan ligamen. Variasi gen ini berhubungan dengan risiko cedera tendon dan ligamen, seperti cedera ACL, cedera tendon Achilles, hingga dislokasi bahu. 

Meskipun begitu, area lain, seperti nutrisi, pola pikir atau motivasi yang tepat juga berpengaruh besar pada kesuksesan dan juga dipengaruhi oleh gen.

Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) adalah gen yang berperan dalam memproduksi neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin, yang berdampak pada pusat otak. Penelitian telah menunjukkan bahwa variasi dalam gen BDNF berdampak pada motivasi intrinsik.

Namun yang perlu atlet pahami adalah, gen kita adalah hasil interaksi antara gen bawaan dan lingkungan kita. Meskipun gen kita tidak pernah berubah, ada hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mengubah lingkungan kita dan pada akhirnya mengubah ekspresi gen kita untuk bekerja mencapai kesuksesan. (*)

  RELATED ARTICLES