Maria Natalia Londa. (Antara)

Maria Natalia Londa begitu antusias. Saat tahu akan ada event olahraga atletik nasional untuk pelajar di Indonesia. Yakni Student Athletics Championship (SAC) Indonesia. Atlet lompat jauh kelahiran Denpasar itu berharap cabang olahraga yang ditekuninya jauh lebih dikenal oleh banyak orang. Apalagi, Maria dulu juga merupakan student-athlete. 

Semua bermula saat Maria diajak jalan-jalan oleh almarhum ayahnya, Kamilus Kasi, ke Stadion Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Pada saat itu usianya masih 10 tahun. Tepatnya pada tahun 2000. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Maria dikenalkan sang ayah oleh sosok pelatih profesional bernama I Ketut Pageh. Yang kebetulan juga sedang melatih atlet lain. 

“Sebetulnya, saya melihat banyak nomor saat diajak ayah ke Stadion Ngurah Rai. Ada yang lari, ada yang lempar, ada yang lompat. Nah kebetulan saya waktu itu tidak terlalu suka berlari. Lalu di ujung timur lapangan ada latihan yang larinya paling sedikit,” tutur Maria. 

“Dari sana saya mengenal lompat jauh sampai hari ini. Saya belum pernah mencoba nomor lain. Saya akhirnya tahu bahwa lompat jauh itu bukan sekadar berlari dan melompat, tetapi ada seni di atas udara dan banyak teknik lain," imbuhnya.

Maria juga memperdalam lompat jauh berkat pelajaran di sekolahnya. Saat masih duduk di SDN 18 Pemecutan Denpasar, atlet kelas dunia ini mengaku tak banyak cabang olahraga yang diperkenalkan oleh gurunya. Tapi satu di antaranya adalah lompat jauh.

“Nah kebetulan di tempat saya bersekolah itu ada lapangan lompat jauh dan bak lompat jauhnya. Saya secara rutin latihan di situ. Jadi selain saya berlatih dengan pelatih di Stadion Ngurah Rai, saya juga berlatih di sekolah bersama guru olahraga” sambung Maria.

Latihan yang gigih dan semangatnya yang tinggi membuat Maria cepat paham soal lompat jauh. Baru tiga bulan “berkenalan”, Maria langsung mengikuti kompetisi antarsekolah. Pun langsung juara. Tak heran jika saat bersekolah di SMPN 2 Denpasar, Maria juga berhasil menyabet peringkat pertama di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik Junior. 

Selepas itu ia lebih sering mengikuti kompetisi antar sekolah, gugus, kecamatan dan kabupaten. Baru pada 2002, setelah dua tahun berlatih, Maria terpilih menjadi atlet mewakili Bali di event nasional. 

Di situ lah titik balik Maria Londa mencintai lompat jauh. Maria mengaku awalnya sedikit dipaksakan oleh orang tua. Yang ingin anaknya punya kehidupan akademik dan non akademiknya tetap seimbang. Namun, setelah menjuarai beberapa kompetisi. dia baru menyadari menjadi atlet adalah profesi yang luar biasa. 

“Orang tua saya memang punya sifat yang keras. Tetapi sebenarnya bagus untuk mendidik anaknya agar sukses. Jadi saya juga diberikan les. Saya juga merasa menjadi seorang atlet itu seru juga. Bisa bepergian ke sana ke mari dan bisa punya teman banyak,” katanya. 

Maria Londa juga sosok yang pandai membagi waktu. Dia tak ingin menunda setiap pekerjaan penting. Setiap pulang sekolah dia langsung berlatih. Menurutnya, kunci utama untuk sukses adalah konsisten. Tak ada kata lain dalam kamus kariernya selain konsisten.

“Menurut saya, menjadi seorang atlet itu tak hanya soal menunjukkan talenta saja. Tetapi konsistensi yang dia punya. Karena dengan konsistensi, talenta, dan kerja keras, saya yakin semua orang bisa berprestasi dengan baik,” ujar Maria.

Maria sangat
percaya bahwa tak ada usaha yang bisa mengkhianati hasil. Maria juga setuju jika memulai sesuatu pasti sulit pada awalnya. Tetapi ketika sudah mulai melangkah pasti lebih mudah. 

“Memang lompat jauh itu makin dikenal sejak saya mendapat medali emas di Asian Games 2014. Tetapi dengan adanya SAC Indonesia ini, semoga makin banyak anak yang kepo soal cabang olahraga atletik. Khususnya lompat jauh,” pungkasnya. 

Maria Natalia Londa berhasil mendapatkan medali emas lompat jauh dan lompat jangkit di Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII tahun 2008. Saat itu, Maria juga masih bersekolah di SMAN 2 Denpasar. Namanya melambung saat merebut emas di nomor lompat jauh dalam Asian Games tahun 2014 dan SEA Games 2015. 

Terbaru, Maria mendapat medali emas di nomor lompat jauh SEA Games tahun 2019. Disusul medali perak di nomor lompat jangkit pada tahun yang sama. Dalam PON XX 2021 di Papua, Maria membawa dua medali emas untuk Bali. Masing-masing untuk nomor lompat jauh dan lompat jangkit. (*)

  RELATED ARTICLES