Moses Rifael Hansen, siswa SMPN 137 Jakarta, saat melalui tahapan tes antropometri, dalam Energen Champion SAC Indonesia - Jakarta-Banten Qualifiers

Energen Champion Student Athletics Championship (SAC) Indonesia menghadirkan tes antropometri. Khusus untuk para finalis. Selesai berlomba, mereka mengikuti serangkaian pengukuran. Mulai panjang tungkai, panjang lengan, berat badan dan tinggi badan. Tes antropometri punya tujuan penting. Untuk melihat potensi setiap atlet dari postur dan bagian tubuh yang menunjang.

“Mungkin banyak yang penasaran tes ini untuk apa? Tes antropometri itu untuk melihat anak ini bakatnya sebenarnya di nomor apa. Tungkainya dilihat seperti apa, lalu panjang tangannya. Berat badannya seperti apa. Karena di nomor-nomor tertentu butuh spesifikasi postur dari seorang atlet,” ungkap Iriyanto, salah satu anggota komisi pemanduan bakat PB PASI.

Itulah alasan mengapa kisah student-athlete yang pindah nomor lomba tak terhitung jumlahnya. Terutama selama masa pengembangan diri. Menurut Iriyanto, semua bakat akan terlihat seiring atlet tersebut aktif latihan maupun berkompetisi. 

BACA JUGA: Makin Profesional, Energen Champion SAC Indonesia Terapkan Photo Finish

“Anak ini juara lompat jauh dan tungkainya panjang, suatu saat dia bisa ke lompat tinggi atau ke lari gawang atau juga bisa di sprint. Selain panjang tungkai, bisa juga rentang tangan. Biasanya kalau rentang tangan ini ke nomor-nomor lempar sangat menguntungkan,” kata Iriyanto. 

Menurut Iriyanto, tes antropometri harusnya ada di kejuaraan-kejuaraan pelajar. Yang dapat menyasar anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berpotensi. Sehingga bisa menetapkan mereka pada nomor yang tepat. 

BACA JUGA: Berawal Jadi Volunteer Peserta Lomba, Iga Septianto Berkuasa di Tolak Peluru

Dalam Energen Champion SAC Indonesia, data anak-anak berpotensi yang direkomendasikan oleh PB PASI adalah mereka yang termasuk ke dalam delapan besar untuk nomor lapangan. Dan para finalis, jika termasuk dalam nomor lintasan.

“Tes antropometri juga berfungsi untuk melihat penempatan seseorang dalam sebuah kompetisi. Misalnya, Lalu Zohri itu speed dan endurance-nya bagus sekali. Tetapi bagaimana jika dia bersaing dengan Usain Bolt. Jelas kalah dari segi postur. Usain Bolt sudah jauh di depan, Zohri baru dua langkah, misalnya,” ungkap Iriyanto.

BACA JUGA: PB PASI Lakukan Scouting Menyeluruh di SAC Indonesia, Tak Hanya Para Juara

Energen Champion SAC Indonesia kini sedang bergulir. Kompetisi atletik pelajar terbesar di Indonesia itu tak hanya bertujuan mencari juara di dunia atletik. Melainkan memantau finalis dan peserta yang berpotensi.

Energen Champion SAC Indonesia menjaring anak-anak muda bertalenta dari sembilan Regional Qualifiers. Yakni Bali-Nusa Tenggara (Mataram), Papua (Mimika), Yogyakarta (Yogyakarta), West Java (Bandung), North Sumatera (Medan), DKI Jakarta-Banten (Jakarta), Kalimantan (Banjarmasin), Central Java (Semarang), dan East Java (Surabaya).

Acara ini diadakan oleh Energen Champion, bekerja sama dengan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) dan DBL Indonesia. Energen Champion adalah minuman cokelat berenergi yang mengandung susu dan telur dari Mayora. (*)

  RELATED ARTICLES