Salah satu siswi SD Amamapare sedang berlatih Formula One di pesisir pantai

Berlatih atletik di tanah lapang sudah biasa. Lain cerita dengan SDN Amamapare, Mimika, Papua. Mereka terbiasa melakukan aktivitas olahraga di ppantai. Termasuk untuk mempersiapkan diri menghadapi Student Athletics Championships (SAC) di Indonesia. Ajang ini akan digelar di Mimika Sports Complex (MSC). 

Saat gelaran Qualifier SAC Indonesia di Papua, SD Amamapare akan mengirim sekitar 40 siswa. Yang tersebar di nomor sprint, formula one, dan relays. Mereka tak hanya melakukan latihan perlombaan saja. Melainkan juga belajar cara menggunakan peralatan untuk lomba. Terutama di nomor formula one

“Kalau materinya atletik selama ini sudah pernah diberi di sekolah. Tiap hari Sabtu ada materi tentang olahraga atletik. Kebetulan materinya yang selama ini kami berikan, sesuai dengan nomor yang dilombakan,” ujar Kepala SD Amamapare, F.X. Budi Sutrisno Reyaan. 

“Saya menunjukkan dan melatih mereka untuk belajar dan mengenal alat-alat Kids’ Atletik  itu. Tentang cara pasangnya, ukuran pasangnya, jarak memasangnya juga. Sehingga ada modal ilmu pengetahuan ketika mereka besar nanti," imbuhnya.

Meskipun sebenarnya berlatih di pantai memiliki tantangan sendiri, semangat siswa SD Amamapare tak pernah surut. Menurut Budi, peserta didiknya sangat antusias. Karena dapat melakukan perlombaan di kompetisi nasional menjadi hal sangat dibanggakan. 

“Saya senang dengan variasi permainan yang ada di SAC Indonesia. Karena bisa menarik minat anak-anak. Bahkan mereka tidak kelelahan sama sekali saat latihan. Mereka itu semangat sekali. Kompetisi ini juga menjadi motivasi mereka juga. Jadi ada rasa dorongan untuk berprestasi terus,” sambung Budi. 

Siswa-siswi SD Amamapare telah lama berkenalan dengan atletik. Selain diajarkan melalui kurikulum dan ekstrakurikuler, siswa SD Amamapare sering melakukan aktivitas atletik. Terutama karena dorongan kondisi alam di Papua. 

“Saya berharapnya kami dapat menemukan bibit baru di atletik melalui SAC Indonesia. Karena jujur saja, generasi di Mimika ini sangat sedikit yang berkecimpung di atletik. Padahal di Papua itu, alam sudah membentuk mereka duluan. Dari alam ini, mereka sudah terbentuk menjadi atlet. Tinggal kita itu poles mereka saja,” jabarnya.

Budi merasa senang. Karena SAC Indonesia dibuka untuk semua sekolah. Sehingga banyak peserta didiknya -juga sekolah lain- memiliki kesempatan untuk mengikuti event akbar ini. Di sisi lain, anak-anak juga bisa menyalurkan minat dan bakatnya. Budi berharap ada penerus baru di event nasional yang berasal dari daerah pesisir. 

“Kami ini hidup di atas air. Kampung kami ini hidup di atas air. Rumah-rumah di kampung kami ini rumah panggung. Jadi kami biasa latihan sewaktu sore hari. Sebab kami harus menunggu air surut. Tapi semangat kami tetap tinggi,” ujar Budi.

“Kita ini bagian dari NKRI. Kita harus tunjukan kalau kita yang dari pesisir ini, yang jauh dari kota, juga bisa berprestasi. Kita juga punya bakat punya minat yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Kita junjung sportivitas, fairplay, kita pasti bisa.”(*)

  RELATED ARTICLES