Tiongkok kerap menjadi destinasi favorit bagi atlet Indonesia untuk menjalani pemusatan latihan atau training camp (TC). Tim nasional bulutangkis Indonesia telah beberapa kali melakukan TC di negara tersebut. Jelang Asian Games 2023, tim atletik nasional juga menjalani program latihan intensif selama sebulan penuh di Tianjin, Tiongkok. Hal serupa juga dilakukan oleh cabang olahraga wushu.
Selama lebih dari satu dekade, Tiongkok dikenal sebagai salah satu kekuatan besar dalam dunia olahraga. Negara ini memiliki visi ambisius dalam bidang olahraga, yang membuat banyak pihak, termasuk lembaga dan institusi olahraga, mempercayakan program pelatihan atlet—baik profesional maupun pelajar—kepada mereka. Salah satunya adalah training camp internasional yang akan diselenggarakan oleh SAC Indonesia di Tiongkok.
Berikut lima alasan utama mengapa Tiongkok kerap dipilih sebagai lokasi pemusatan latihan bagi atlet Indonesia.
1. Kekuatan Global dengan Tradisi Olahraga yang Kuat
Tiongkok merupakan salah satu negara paling berpengaruh di dunia, tidak hanya dari segi politik dan teknologi, tapi juga dalam pengembangan budaya dan olahraga. Sejarah panjang olahraga di Tiongkok berakar dari praktik militer dan ritual tradisional ribuan tahun silam, seperti seni bela diri Kungfu dan Tai Chi yang awalnya berfungsi sebagai pelatihan fisik dan mental.
Dalam era modern, pemerintah Tiongkok mengambil langkah serius untuk membangun fondasi olahraga nasional. Mereka mendirikan ribuan akademi olahraga dan sekolah khusus atlet muda, salah satunya adalah sistem state sports school yang mencetak atlet dari usia dini. Kebijakan ini membuktikan keseriusan negara dalam menciptakan generasi juara.
Baca Juga: Champion SAC Indonesia 2024 Bakal Diberangkatkan ke Shanghai, Tiongkok
2. Dominasi di Asian Games: Bukti Konsistensi dan Kualitas
Sejak pertama kali berpartisipasi di Asian Games tahun 1974 di Teheran, Tiongkok langsung menunjukkan dominasinya. Hingga edisi ke-19 Asian Games di Hangzhou tahun 2023, Tiongkok tercatat sebagai negara dengan total medali terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan: 3.648 medali (terdiri dari 1.686 emas, 1.176 perak, dan 786 perunggu). Jumlah ini jauh mengungguli Jepang (3.242 medali) dan Korea Selatan (2.415 medali).
Yang lebih mencengangkan, pada Asian Games 2023, Tiongkok berhasil menyabet lebih dari 200 medali emas, bahkan melampaui total gabungan emas yang diperoleh Jepang dan Korea Selatan. Statistik ini tidak hanya mencerminkan kekuatan atletik, tetapi juga efektivitas sistem pelatihan dan sains olahraga yang diterapkan secara nasional.
3. Kekuatan Olimpiade: Peringkat Empat Dunia
Dalam sejarah Olimpiade, Tiongkok kini menempati posisi keempat negara dengan raihan medali terbanyak, mengoleksi 636 medali hingga Olimpiade Tokyo 2021 (terdiri dari 262 emas, 199 perak, dan 175 perunggu). Prestasi tertingginya terjadi saat menjadi tuan rumah Olimpiade Beijing 2008, di mana Tiongkok meraih 48 medali emas, tertinggi dibanding negara mana pun dalam edisi tersebut.
Pada Olimpiade Tokyo 2021, Tiongkok kembali menunjukkan kelasnya dengan membawa pulang 38 medali emas, nyaris menyamai rekor mereka sendiri. Sementara itu, Amerika Serikat masih berada di puncak klasemen dengan 39 emas dan total 113 medali. Konsistensi ini menjadi bukti nyata bagaimana olahraga menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional Tiongkok.
4. Pusat Sports Science dan Akademi Olahraga Terkemuka
Kemajuan prestasi olahraga Tiongkok tidak lepas dari penerapan sports science yang mutakhir. Negara ini telah mengembangkan metode pelatihan berbasis data dan riset, serta membangun fasilitas berteknologi tinggi untuk menunjang performa atlet.
Beberapa universitas olahraga terbaik yang ada di Tiongkok antara lain:
Beijing Sport University – dikenal sebagai pusat riset olahraga kelas dunia,
Shanghai University of Sport – unggul dalam fisiologi dan biomekanik olahraga,
Tianjin University of Sport – sering bekerja sama dengan komite olahraga luar negeri,
Nanjing Institute of Physical Education dan Shenyang Sport University – fokus pada pelatihan atlet profesional dan olahraga prestasi.
Institusi-institusi ini juga sering menjalin kerja sama internasional dalam bentuk joint training, pertukaran pelatih, hingga program sertifikasi pelatih asing.
5. Kesamaan Budaya dan Adaptasi yang Mudah
Sebagai sesama negara di kawasan Asia, Tiongkok dan Indonesia memiliki banyak kesamaan dalam hal budaya, makanan, iklim, serta gaya komunikasi. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi atlet Indonesia yang menjalani pelatihan di sana. Adaptasi menjadi lebih mudah dan suasana lingkungan pun tidak terlalu asing, sehingga atlet bisa fokus penuh dalam latihan tanpa tekanan budaya yang berlebihan.
Faktor ini juga menjadikan Tiongkok sebagai tempat yang ideal untuk student athlete atau atlet pelajar Indonesia yang mengikuti program pemusatan latihan jangka panjang.
Sementara itu, saat ini, para Champion SAC Indonesia 2024 telah melalui agenda pembuatan visa. Selanjutnya, mereka akan melakoni pelepasan di Jakarta, dan bertolak ke Tiongkok pada 24 Juni 2025.
SAC Indonesia telah digelar sebanyak dua musim berturut-turut. Pada musim 2022, SAC Indonesia berhasil menggaet 31.215 pelajar dari lebih 2.135 sekolah dari sembilan regional qualifiers di musim perdana. Di musim 2023, SAC Indonesia sukses melibatkan 31.362 peserta dari 2.465 sekolah di enam regional qualifiers.
SAC Indonesia merupakan kompetisi atletik paling akbar di Indonesia. Event ini digelar DBL Indonesia bersama Pertamina sebagai title partner. Pertamina SAC Indonesia 2024-2025 bekerja sama dengan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) dan DBL Indonesia.
Ikuti terus kabar mengenai SAC Indonesia melalui website www.sacindonesia.com dan Instagram @sacindonesiaofficial. Kamu juga bisa baca kisah-kisah menarik terkait penyelenggaraan Pertamina SAC Indonesia 2024-2025 di ceritapelari.com(*)